Friday, 23 June 2023

 

Transformasi Kepemimpinan: Pedagogi sebagai Fondasi Pendidikan Berkualitas

Pendahuluan

Pendidikan berkualitas adalah salah satu aspek penting dalam membangun masyarakat yang maju dan berkelanjutan. Pendidikan yang efektif dan efisien tidak hanya ditentukan oleh sistem kurikulum dan metode pengajaran yang baik, tetapi juga oleh kepemimpinan pedagogi yang kuat di tingkat sekolah. Transformasi kepemimpinan pedagogi memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa pendidikan berkualitas tercapai. Artikel ini akan mengeksplorasi konsep transformasi kepemimpinan pedagogi dan relevansinya sebagai fondasi pendidikan berkualitas.

I. Pengertian Transformasi Kepemimpinan Pedagogi

Transformasi kepemimpinan pedagogi merujuk pada perubahan yang dilakukan oleh para pemimpin pendidikan untuk mempromosikan pembelajaran yang berpusat pada siswa, mengembangkan budaya sekolah yang inklusif, dan mendorong kualitas pengajaran serta hasil belajar yang optimal. Gaya kepemimpinan pedagogi berbeda secara signifikan dari paradigma tradisional yang berpusat pada otoritas dan hierarki. Pemimpin pendidikan yang mengadopsi transformasi kepemimpinan pedagogi berfokus pada pemberdayaan guru, kolaborasi, inovasi, dan pengembangan berkelanjutan.

II. Pentingnya Transformasi Kepemimpinan Pedagogi

Transformasi kepemimpinan pedagogi memainkan peran penting dalam mencapai pendidikan berkualitas. Berikut adalah beberapa alasan mengapa transformasi kepemimpinan pedagogi sangat relevan:

  1. Memperkuat Praktik Pengajaran

Kepemimpinan pedagogi yang efektif mendukung pengembangan dan implementasi praktik pengajaran yang inovatif. Pemimpin yang baik mampu mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk guru-guru, termasuk pelatihan dan bimbingan, sehingga mereka dapat meningkatkan keterampilan pengajaran mereka. Transformasi kepemimpinan pedagogi membantu menciptakan budaya belajar yang dinamis di sekolah, yang mengarah pada pengajaran yang lebih baik dan hasil belajar yang lebih tinggi.

  1. Mendorong Kebudayaan Kolaborasi

Transformasi kepemimpinan pedagogi mendorong terbentuknya budaya kolaboratif di antara para guru. Pemimpin pendidikan yang berorientasi pedagogi mendorong pertukaran ide, praktik terbaik, dan pembelajaran berkelanjutan di antara staf sekolah. Melalui kolaborasi, guru dapat belajar satu sama lain, saling mendukung, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan profesional mereka. Hal ini berdampak positif pada kualitas pengajaran dan meningkatkan kepuasan kerja guru.

  1. Membangun Hubungan yang Kuat dengan Siswa

Pemimpin pendidikan yang mengadopsi transformasi kepemimpinan pedagogi memahami pentingnya membangun hubungan yang kuat dengan siswa. Mereka mendukung pendekatan yang berfokus pada siswa, mendengarkan kebutuhan mereka, dan memberikan dukungan yang sesuai. Transformasi kepemimpinan pedagogi membantu menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif di sekolah, di mana setiap siswa merasa didengar dan dihargai. Hal ini berkontribusi pada keberhasilan akademik dan perkembangan holistik siswa.

  1. Mengarahkan Inovasi Pendidikan

Transformasi kepemimpinan pedagogi memfasilitasi inovasi pendidikan. Pemimpin yang berorientasi pedagogi mendorong eksperimen, pemikiran kritis, dan pengembangan metode pengajaran yang baru. Mereka membuka ruang bagi guru-guru untuk menciptakan dan mengadopsi praktik inovatif yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan perubahan lingkungan pendidikan. Inovasi pendidikan yang didorong oleh kepemimpinan pedagogi membantu sekolah beradaptasi dengan tuntutan zaman dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

III. Strategi Implementasi Transformasi Kepemimpinan Pedagogi

Implementasi transformasi kepemimpinan pedagogi memerlukan strategi yang baik. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemimpin pendidikan untuk menerapkan transformasi kepemimpinan pedagogi:

  1. Memperkuat Keterampilan Kepemimpinan

Pemimpin pendidikan perlu mengembangkan keterampilan kepemimpinan pedagogi yang diperlukan. Mereka harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang strategi pengajaran yang efektif, penilaian pembelajaran, manajemen kelas, dan pembelajaran berkelanjutan. Pelatihan dan pengembangan profesional kontinu merupakan faktor penting dalam memperkuat keterampilan kepemimpinan pedagogi.

  1. Membangun Tim Kerja yang Kuat

Transformasi kepemimpinan pedagogi membutuhkan kerja tim yang efektif. Pemimpin pendidikan harus mendorong kolaborasi di antara guru dan staf sekolah. Membangun tim yang kuat melibatkan pemberian peran dan tanggung jawab yang jelas, komunikasi yang terbuka, dan pengembangan tim yang berkelanjutan. Tim yang solid dapat mendukung perubahan dan inovasi yang diperlukan untuk mencapai pendidikan berkualitas.

  1. Mendorong Pembelajaran Berkelanjutan

Transformasi kepemimpinan pedagogi melibatkan pendekatan yang berpusat pada pembelajaran berkelanjutan. Pemimpin pendidikan harus mendorong guru-guru untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan mereka melalui pelatihan, seminar, dan kegiatan profesional lainnya. Mereka juga dapat mendorong pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara guru-guru melalui pertemuan rutin, kelompok studi, atau forum diskusi.

  1. Membangun Kemitraan dengan Stakeholder

Transformasi kepemimpinan pedagogi melibatkan kolaborasi dengan stakeholder eksternal, seperti orang tua, masyarakat, dan lembaga pendidikan lainnya. Pemimpin pendidikan perlu membangun kemitraan yang kuat dengan stakeholder ini untuk mendukung tujuan pendidikan yang sama. Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan, memanfaatkan sumber daya komunitas, dan menjalin hubungan dengan institusi pendidikan lain dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara holistik.

IV. Referensi

  1. Harris, A. (2013). Distributed leadership: A powerful conceptual framework for school improvement. Improving Schools, 16(3), 173-186.
  2. Leithwood, K., & Sun, J. (2012). The nature and effects of transformational school leadership: A meta-analytic review of unpublished research. Educational Administration Quarterly, 48(3), 387-423.
  3. Robinson, V. M., Lloyd, C. A., & Rowe, K. J. (2008). The impact of leadership on student outcomes: An analysis of the differential effects of leadership types. Educational Administration Quarterly, 44(5), 635-674.
  4. UNESCO. (2017). Education for Sustainable Development Goals: Learning Objectives. Paris: UNESCO.
  5. Wong, K. T., & Cheng, M. M. (2009). Developing a measure of teacher leadership in schools. Teaching and Teacher Education, 25(5), 798-806.

Kesimpulan

Transformasi kepemimpinan pedagogi merupakan fondasi penting dalam mencapai pendidikan berkualitas. Kepemimpinan pedagogi yang efektif memperkuat praktik pengajaran, mendorong budaya kolaborasi, membangun hubungan yang kuat dengan siswa, dan mengarahkan inovasi pendidikan. Implementasi transformasi kepemimpinan pedagogi memerlukan pengembangan keterampilan kepemimpinan, membangun tim kerja yang kuat, mendorong pembelajaran berkelanjutan, dan membangun kemitraan dengan stakeholder. Dengan menerapkan strategi ini, pendidikan berkualitas dapat diwujudkan, yang akan memberikan dampak positif bagi siswa dan masyarakat secara keseluruhan.

 

Friday, 25 September 2015

Mengapa Butir Ketiga Sumpah Pemuda Berbeda dari Dua Butir yang Lain?

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Kami poetra dan poetri Indonesia
mengakoe bertumpah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.

Jika kita mencermati butir-butir pernyataan yang terdapat dalam sumpah pemuda, maka kita akan menemukan bahwa terdapat perbedaan pada butir ketiga dibandingkan dengan dua butir yang sebelumnya. Pada butir pertama berbunyi “mengakoe bertumpah darah satoe”, pada butir kedua berbunyi “mengakoe berbangsa satoe”, sedangkan pada butir ketiga berbunyi “mendjoendjoeng bahasa persatoean”. Pertanyaannya yaitu mengapa butir ketiga tidak berbunyi “mengakoe berbahasa yang satoe”?

Menelisir ke masa lalu ketika Sumpah Pemuda dirumuskan, pada waktu itu terdapat banyak kaum muda yang terdiri dari berbagai suku di Indonesia. Masing-masing dari mereka mempunyai bahasa daerahnya masing-masing. Dalam perumusan Sumpah Pemuda, Bahasa Indonesia  berperan sebagai bahasa nasional yang menjembatani komunikasi antara orang yang berbeda bahasa daerahnya.

Walaupun begitu, di dalam rumusan Sumpah Pemuda tidak dituliskan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang satu. Itu dikarenakan apabila dituliskan “mengakoe berbahasa yang satoe, Bahasa Indonesia” itu sama halnya dengan melupakan bahasa daerah yang mana jumlahnya ada 748 bahasa (Depdiknas, 2008). Kita patut berbangga kepada para pendahulu kita, karena merekalah bahasa-bahasa daerah masih eksis di Indonesia sampai saat ini.


Dapat kita bayangkan, apabila bahasa daerah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Penutur bahasa daerah akan semakin sedikit karena orang-orang yang dapat menuturkannya akan mati, sedangkan generasi setelahnya tidak mempelajari bahasa tersebut. Jika kondisi tersebut berkelanjutan, maka lama-kelamaan tidak ada lagi orang yang menguasai bahasa daerah itu, sehingga bahasa daerah tersebut dinyatakan punah. 

Mengapa Bahasa Indonesia diangkat dari Bahasa Melayu?

Ada beberapa alasan mengapa yang dipilih untuk diangkat menjadi Bahasa Indonesia adalah bahasa melayu dan bukan bahasa daerah lain di Indonesia yang cukup banyak penuturnya seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Ada sederet alasan yang dikemukakan, berdasarkan referensi alasan-alasan tersebut sebagai berikut.
  1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan. Bahasa Melayu menyebar di nusantara ketika Kerajaan Sriwijaya berkuasa yang waktu itu dikenal dengan istilah Koen-louen.
  2. Bahasa Melayu telah dikenal oleh banyak masyarakat. Bahasa Melayu telah menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam.
  3. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa seperti halnya bahasa Jawa (ngoko, krama) atau perbedaan bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes).
  4. Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh bahasa lain. Dalam perkembangannya, bahasa Melayumenyerap kosakata dari berbagai bahasa, seperti bahasa Sansekerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
  5. Suku-suku di wilayah Indonesia seperti suku Jawa, Sunda, dan suku-suku lain dengan suka rela  menerima bahasa Melayu untuk diangkat menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
  6. Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.

Keberadaan bahasa Indonesia merupakan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia karena merupakan bahasa asli milik pribumi dan telah mengakar di seluruh wilayah Indonesia. Hal seperti ini belum tentu dirasakan oleh bangsa-bangsa lain. Sebagai contohnya, Philipina memiliki bahasa resmi Negara yaitu bahasa Tagalok, tetapi bahasa Tagalok tidak berhasil menjadi bahasa nasional dan pemersatu suku-suku bangsa di Philipina. Bahasa Inggrislah yang akhirnya menjalankan fungsi sebagai bahasa persatuan. Contoh yang lain yaitu Malaysia. Malaysia menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa resmiNegara, tetapi untuk sebagian besar wilayah nagara tersebut bahasa Inggris berperan sebagai bahasa persatuan dan bahasa pengantar. Sekali lagi, bangsa Indonesia patut berbangga karena memiliki bahasa Indonesia yang digali dari leluhur bangsa sendiri, bukan bahasa kaum penjajah.

Sumber :

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

Mengapa Digunakan Istilah “Bahasa Indonesia”?

Mengapa digunakan istilah “Bahasa Indonesia”? Pertanyaan ini mungkin sering kali terlintas dalam benak kita. Bahkan kita mungkin juga bertanya-tanya, dari mana sih kata “Indonesia” itu didapatkan?

Penggunaan istilah Indonesia diawali dengan diterbitkannya sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of The Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) atau Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur pada tahun 1847 di Singapura. Jurnal ini dikelola oleh James Richardson Logan dari Skotlandia. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi dari Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu, Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (“nesos” dalam bahasa Yunani berarti “pulau”). “... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi ‘Orang Indunesia’ atau Orang Malayunesia’”.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan Hindia, sebeb istilah Indian Archipelago atau Kepulauan Hindia terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u pada kata Indunesia diganti dengan huruf o agar pengucapannya lebih baik sehingga lahirlah istilah Indonesia.

Orang Indonesia yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara. Ketika dibunag ke negeri Belanda pada tahun 1913, beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan.

Di Indonesia, Dr. Soetomo mendirikan Indonesische Study Club pada tahun 1924. Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan  National Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.

Sumber :

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

Thursday, 10 September 2015

Matematika untuk Indonesia


Kata ‘matematika’  berasal dari bahasa Yunani ‘mathematikos’ yang artinya ilmu pasti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi matematika adalah ilmu tentang bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencangkup segala bentuk prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Dalam perkembangannya bilangan ini diaplikasikan ke bidang ilmu-ilmu lain sesuai penggunaannya. Menurut James dan James (1976), matematika diartikan sebagai ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sedangkan menurut Reys dkk. (1984), matematika diartikan sebagai analisis suatu pola dan hubungannya, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Orang yang ahli dalam bidang matematika disebut matematikawan, sedangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika dikatakan matematis.

Matematika mempelajari objek yang abstrak. Dikatakan demikian karena sebagian besar yang dipelajari dalam matematika adalah angka atau bilangan yang secara nyata tidak ada dan merupakan hasil pemikiran manusia. Kebenaran dalam matematika berdasarkan logika, bukan kebenaran yang empiris. Artinya yaitu kebenaran dalam matematika tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen. Contohnya bilangan imaginer (bilangan khayal). Pada kenyataannya bilangan itu tidak ada, bahkan jika kita hitung dengan alat bantu hitung berupa kalkulator pun tidak dapat ditemukan nilainya. Akan tetapi, secara logika bilangan imaginer itu ada nilainya.

Matematika bukanlah sekedar berhitung. Matematika merupakan sebuah bahasa, kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah, kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan. Matematika mengajarkan kita untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dengan benar dan runtut. Matematika memperbolehkan kita menggunakan cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu masalah dengan catatan cara tersebut benar sehingga dapat diperoleh hasil akhir yang benar pula.

Matematika telah diajarkan kepada kita sejak usia dini. Ketika kita belajar di bangku sekolah dasar, kita mulai dikenalkan dengan mata pelajaran matematika. Mula-mula kita belajar mengenai operasi-operasi dasar dalam matematika yang mana kita dapat mengetahui sendiri penerapan ilmu matematika yang kita pelajari tersebut dengan memperhatikan kasus-kasus sederhana yang terjadi di sekitar kita. Akan tetapi, seiring dengan naiknya jenjang pendidikan kita, kita mulai diajarkan ilmu-ilmu matematika yang penerapannya tidak mudah dijumpai di dalam keseharian kita sehingga terkadang kita bertanya-tanya mengapa kita harus mempelajarinya dan mengapa ada ilmu semacam itu. Sering kali kita merasa malas untuk mempelajari suatu hal karena tidak mengetahui kegunaannya.

Matematika memiliki aplikasi yang begitu luas di berbagai bidang. Dalam dunia kedokteran, kalkulus sebagai salah satu ilmu matematika berperan menghitung volume kanker dan koordinat-koordinatnya. Setelah ditemukan titik koordinat dan berapa besar volumenya, kemudian dokter spesialis onkologi radiasi akan menghitung persamaan intensitas laser yang digunakan. Penentuan intensitas laser yang akan ditembakkan pada kanker haruslah tepat karena apabila intensitasnya kurang maka sel kanker mungkin bisa menjadi kebal, sedangkan apabila intensitasnya berlebihan maka terdapat kemungkinan laser tersebut mengenai organ tubuh lain.

Dalam dunia astronomi, matematika khususnya trigonometri mempunyai peranan penting dalam menentukan ukuran benda-benda langit. Dalam menghitung ukuran benda-benda langit digunakan skala-skala dan sudut-sudut sehingga dapat diestimasi ukurannya secara akurat. Trigonometri juga memiliki peranan dalam dunia teknik, salah satunya teknik sipil. Dalam teknik sipil diperlukan kemampuan trigonometri untuk melakukan pengukuran tanah, kemiringan jalan raya, rel kereta api, dan jembatan.

Dalam dunia ekonomi juga tidak bisa lepas dari matematika. Salah satu ilmu matematika yang dipakai dalam ekonomi yaitu probabilitas. Probabilitas digunakan untuk menghitung peluang pada berbagai kasus asuransi. Sedangkan dalam dunia manajemen, ilmu matematika yang dipakai yaitu program linear. Program linear diperlukan oleh seorang manager operasional.

Suatu pepatah mengatakan bahwa barang siapa yang menguasai matematika dan bahasa maka ia akan menguasai dunia. Matematika melatih kita untuk dapat berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan mandiri. Selain itu, matematika juga merupakan language of sciences, yang artinya bahasa dari ilmu pengetahuan. Hal ini karena beberapa cabang ilmu pengetahuan tidak terlepas dari matematika untuk mengekspresikan ilmu di dalamnya seperti fisika, kimia, ekonomi, dan lain-lain. Sedangkan bahasa berguna sebagai sarana menyampaikan gagasan-gagasan yang kita miliki. Oleh karena itu, setiap orang memerlukan kemampuan yang bagus pada kedua bidang tersebut.

Seseorang yang dengan sengaja mempelajari matematika sebagai disiplin ilmu yang dinamis akan mampu memahami berbagai pengalaman. Dia memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengolah peristiwa dalam cara yang sistematis. Walaupun secara sekilas matematika terkesan bersifat numerik, tetapi matematika juga memiliki sifat logika. Dengan melihat permasalahan melalui sudut pandang matematika, kita dapat memecahkan masalah dengan lebih efektif dan efisien.

Matematika merupakan filter sosial yang memberi fasilitas bagi orang yang menguasainya untuk memperoleh profesi, status yang tinggi, kekayaan, atau bahkan kekuasaan. Dengan kata lain, mereka yang memiliki kemampuan matematika memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki kemampuan tersebut. Dewasa ini, negara-negara berkembang secara aktif mencari orang-orang yang memiliki akses kepada matematika karena mereka tahu bahwa pengetahuan tersebut akan membawa kemajuan bagi mereka di masa mendatang. Di sisi lain, banyak negara maju yang mengeluhkan semakin sedikit yang melakukan studi formal di bidang matematika. Begitu pentingnya matematika mengingat ilmu pengetahuan, teknologi, komputasi, dan penelitian semuanya memiliki ketergantungan pada matematika.

Sebagai generasi penerus bangsa yang kelak akan mewarisi masa depan bangsa ini maka hendaklah kita berperan sesuai dengan peran dan kemampuannya masing-masing demi terwujudnya kemajuan bangsa. Silahkan yang tertarik pada suatu bidang tertentu agar mempelajari dan menekuni bidang tersebut dengan sepenuh hati. Termasuk juga bagi kawula muda yang tertarik untuk mendalami ilmu matematika. Apalagi mengingat matematika merupakan ilmu yang sangat berpengaruh terhadap peradaban serta diperlukan untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu. Yang tidak kalah penting yaitu menjadikan setiap usaha kita dalam mempelajari matematika sebagai suatu bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara sehingga matematika dapat bermanfaat untuk Indonesia.